A. DEFINISI CINTA
Menurut Masters dkk (1992), mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit. Disamping mencintai pasangannya yaitu baik lelaki ataupun wanita, manusia dapat mencintai anak, orangtua, saudara, hewan kesayangan, negara atau Tuhan, sama seperti mereka mencintai makanan kesukaan, pelangi dan olahraga favoritnya. Sedangkan menurut Hendrick dan Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan apa itu cinta. Pada akhirnya, cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Pada dasarnya tipe-tipe cinta yang dialami masing-masing individu berbeda-beda bentuknya dan berbeda pula dari segi kualitasnya. Tapi jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (1961) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencintai.
Menurut Rubin (dalam Hendrick dan Hendrick, 1992) , cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku. Menurut Liebowitz (dalam Wortman, 1992) cinta adalah suatu perasaan positif yang kuat yang kita rasakan terhadap seseorang dan merupakan perasaan positif terkuat yang pernah kita alami. Dalam setiap tipe cinta, elemen perhatian terhadap orang yang dicintai sangatlah penting. Tanpa adanya unsur perhatian yang murni, apa yang disebut cinta mungkin adalah hasrat saja. Selain unsur perhatian, unsur rasa hormat juga diperlukan. Rasa hormat akan membuat individu menghargai identitas dan integritas orang yang dicintainya sehingga menghindarkan dari masalah eksploitasi.
B. KOMPONEN-KOMPONEN CINTA
Teori tentang cinta yang paling dikenal adalah yang dikemukakan oleh Robert Sternberg yang dikenal dengan Sternberg’s Triangular Theory of Love. Menurut Sternberg (dalam Taylor dkk, 2000), semua pengalaman cinta mempunyai tiga komponen yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment).
1) Keintiman (Intimacy)
Komponen keintiman maksudnya adalah perasaan ingin selalu dekat, ingin selalu berhubungan, membentuk ikatan dengan orang yang dicintai. Dalam komponen ini ada keinginan untuk memberi perhatian pada orang yang dicintai. Kedekatan diri terhadap pasangan dan komunikasi yang intim adalah sesuatu yang penting. Komponen ini sangat penting baik pada pasangan cinta romantis, cinta terhadap anak-anak, atau teman baik. Menurut Sternberg (dalam Tambunan, 2001), keintiman itu sendiri merupakan komponen emosi yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan, dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain adalah adanya perasaan kedekatan dengan seseorang, senang berbincang-bincang dengannya dalam waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk saling bergandengan tangan atau merangkul bahu.
Menurut Sternberg (1988), komponen keintiman sendiri setidaknya memuat sepuluh elemen yaitu:
1. Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai
Seseorang akan memperhatikan kebutuhan dari orang yang dicintainya dan kemudian meningkatkan kesejahteraannya. Kadang-kadang ada juga harapan yang muncul bahwa perbuatan itu akan mendapat balasan.
2. Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai
Seseorang akan menikmati kegiatan yang dijalankan bersama pasangannya. Ketika mereka melakukan kegiatan tersebut bersama-sama, mereka akan menimatinya dan membentuk kenangan-kenangan yang mungkin akan mereka ingat pada masa-masa sulit di kemudian hari.
3. Menempatkan orang yang dicintai dalam penghargaan yang tinggi
Seseorang akan menghargai dan menghormati orang yang dicintainya. Walaupun ada kekurangan dan cacat pada diri kekasihnya tersebut, tidak akan mengurangi penghargaan yang diberikan.
4. Mampu bergantung pada orang yang dicintai ketika dibutuhkan
Seseorang akan merasakan bahwa pasangannya ada ketika ia membutuhkan. Ketika ia membutuhkan pasangannya, ia dapat memanggilnya dan berharap pasangannya akan segera datang.
5. Memiliki pemahaman yang saling menguntungkan dengan pasangannya
Pasangan kekasih akan saling mengerti satu sama lain. Mereka memahami kelebihan dan kekurangan pasangannya dan bagaimana merespon terhadap kelebihan dan kekurangan tersebut. Mampu memberikan empati terhadap kondisi emosi pasangannya.
6. Saling berbagi hak milik dengan orang yang dicintai
Seseorang mampu memberikan diri dan waktunya, seperti juga barang-barang milikinya kepada pasangannya. Bahkan mereka juga saling berbagi kekayaannya dan yang lebih penting mereka berbagi dirinya sendiri.
7. Menerima dukungan emosi dari pasangannya.
Seseorang akan merasa didukung oleh orang yang dicintainya terutama pada saat-saat yang dibutuhkan.
8. Memberikan dukungan emosi pada orang yang dicintai
Seseorang akan mendukung pasangannya dengan cara memberi empati dan dukungan emosional terutama pada saat yang dibutuhkan
9. Berkomunikasi dengan intim terhadap pasangannya
Seseorang mampu berkomunikasi dengan intens dan jujur terhadap pasangannya, berbagi perasaa-perasaan yang paling dalam.
10. Menghargai orang yang dicintai
Seseorang merasa betapa pentingnya keberadaan orang yang dicintainya tersebut dalam kehidupannya.
Elemen-elemen di atas adalah beberapa perasaan-perasaan yang mungkin dialami dalam komponen keintiman. Untuk merasakan pengalaman keintiman, tidak harus merasakan semua komponen di atas. Tapi sebaliknya, dari hasil penelitian dibuktikan bahwa seseorang akan merasakan pengalaman keintiman jika ia merasakan sejumlah perasaan-perasaan yang sangat penting yang dikemukakan di atas, dimana jumlahnya berbeda pada tiap-tiap orang. Biasanya pengalaman ini tidak dirasakan secara terpisah-pisah, tetapi sebagai suatu kesatuan.
2) Gairah (Passion)
Komponen gairah adalah dorongan yang mengarahkan pada suatu emosi yang kuat dalam hubungan cinta tersebut. Dalam hubungan cinta romantis, ketertarikan fisik dan seksual mungkin adalah hal yang utama. Namun motif yang lainnya seperti memberi dan menerima perhatian, kebutuhan akan harga diri atau kebutuhan untuk mendominasi mungkin turut terlibat.
Komponen gairah dikatakan oleh Eaine Hatfield dan William Walster (dalam Sternberg, 1988) sebagai “keadaan kepemilikan dan bersatu dengan orang yang dicintai.” Gairah adalah ekspresi dari hasrat dan kebutuhan seperti harga diri, kasih sayang, dominansi, nurturance dan kebutuhan seksual. Derajat kekuatan dari kebutuhan-kebutuhan ini bervariasi tergantung pada jenis individunya, situasi dan jenis hubungan cinta yang dijalani. Gairah dalam cinta cenderung berinteraksi dengan keintiman bahkan saling mendukung satu sama lain. Bahkan kadang-kadang gairah dapat dibangkitkan melalui keintiman. Pada beberapa jenis hubungan yang melibatkan lawan jenis, komponen gairah ini akan muncul dengan cepat dan keintiman akan mengikuti kemudian. Gairah dalam suatu hubungan mungkin adalah hal yang pertama sekali muncul, tetapi keintiman akan membantu dalam memperkuat hubungan tersebut. Dalam beberapa jenis hubungan, gairah akan muncul belakangan setelah munculnya keintiman. Ada pula jenis hubungan dimana gairah dan keintiman saling berlawanan.
Misalnya dalam hubungan prostitusi, seseorang mungkin mencari pemenuhan akan kebutuhan gairahnya, namun hal tersebut meminimalisasi keintiman Kebanyakan orang menganggap gairah adalah hal-hal yang berhubungan dengan seksual. Tetapi setiap keterbangkitan psikofisiologis dapat dikatakan sebagai pengalaman gairah. Misalnya, individu dengan kebutuhan kasih sayang yang tinggi mungkin akan mendapatkan pengalaman gairah dengan orang yang memberikan kasih sayang tersebut.
3) Komitmen (Commitment)
Komponen komitmen merupakan suatu keputusan yang diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut. Hal ini adalah komponen kognitif utama dari cinta. Komponen komitmen sendiri mempunyai dua aspek, jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan keputusan jangka panjang adalah untuk mempertahankan hubungan cinta tersebut. Kedua aspek ini tidak harus dialami bersama-sama. Keputusan untuk mencintai belum tentu mengakibatkan munculnya keinginan untuk mempertahankan hubungan.
Beberapa orang berkomitmen untuk mencintai orang lain tanpa pernah ada pengakuan atas cinta mereka. Seringkali yang terjadi adalah komitmen muncul secara temporer dan karena adanya pemikiran logis. Oleh sebab itu, lembaga perkawinan adalah sebagai representasi legalisasi adanya komitmen untuk memutuskan mencintai seseorang sepanjang hidupnya. Komitmen lah yang dapat mempertahankan suatu hubungan cinta pada saat hubungan tersebut mengalami pasang surut. Komponen ini sangat penting untuk melalui masa-masa yang sulit dan mencapai masa yang lebih baik. Komponen komitmen berinteraksi dengan keintiman dan gairah. Bagi kebanyakan orang, komitmen dihasilkan dari kombinasi keintiman dan gairah. Seorang pakar komitmen dan psikolog di UCLA, Harold Kelley, menyimpulkan bahwa cinta dan komitmen saling tumpah tindih, tetapi individu dapat memiliki yang satu tanpa yang lainnya. Bagi Kelley, individu yang mempunyai komitmen terhadap sesuatu diharapkan untuk berperilaku terus menerus dan konsisten sampai tujuan yang mendasari komitmen tersebut tercapai. Lebih jauh lagi, seperti yang dikemukakan Kelley, sangat penting untuk memisahkan antara komitmen terhadap seseorang dengan komitmen terhadap suatu hubungan. Dua orang yang saling berkomitmen satu sama lain, yang satu mungkin akan melihat komitmen sebagai suatu kekuasaan atas pasangannya dan terhadap hubungan, namun tidak terhadap tipe hubungannya. Misalnya, seorang istri memiliki komitmen terhadap suaminya dan untuk memiliki hubungan dengan suaminya tersebut, tetapi tidak berkomitmen terhadap peran kepatuhan yang harus dimiliki sebagai bentuk rasa hormat terhadap suaminya.
Sifat dari ketiga komponen ini berbeda satu sama lainnya. Perinciannya dapat dilihat pada table di bawah ini.
No | Sifat | Keintiman | Gairah | Komitmen |
1 | Kestabilan | Menengah | Rendah | Tinggi |
2 | Kontrol kesadaran | Menengah | Rendah | tinggi |
3 | Tingkat pentingnya pengalaman yang diperoleh | Bervariasi | Tinggi | Bervariasi |
4 | Peran dalam hubungan jangka pendek | Menengah | Tinggi | Rendah |
5 | Peran dalam hubungan jangka panjang | Tinggi | Menengah | tinggi |
6 | Keterlibatan fungsi psikologis | Menengah | tinggi | rendah |
7 | Kerentanan terhadap kepekaan kesadaran | Rendah | Tinggi | menengah |
Misalnya, keintiman dan komitmen relatif lebih stabil dalam hubungan yang dekat, sementara gairah cenderung relatif tidak stabil dan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi. Kita memiliki kontrol kesadaran tertentu terhadap keintiman, tingkat kesadaran yang tinggi terhadap komitmen tetapi kontrol yang sangat sedikit terhadap keterbangkitan gairah. Kita selalu sadar terhadap kemunculan gairah, namun kesadaran akan adanya keintiman atau komitmen sifatnya bervariasi. Kadang-kadang kita mengalami perasaan hangat karena adanya keintiman, tetapi tidak menyadarinya bahkan tidak dapat melabelnya. Hal yang sama terjadi bahwa kita tidak menyadari seberapa tinggi komitmen kita terhadap orang lain dan terhadap hubungan tersebut sampai ada sesuatu atau seseorang yang mengintervensi dan mempengaruhi komitmen tersebut.
Peran dari ketiga komponen ini bervariasi, tergantung kepada hubungan cinta yang berlangsung, jangka panjang atau jangka pendek. Dalam hubungan jangka pendek, khususnya cinta romantis, gairah (passion) memainkan peran yang besar sedangkan keintiman (intimacy) perannya menengah dan komitmen (commitment) memainkan peran yang paling kecil. Sebaliknya dalam hubungan yang jangka panjang, keintiman dan komitmen justru berperan sangat besar, sedangkan gairah perannya menengah saja dan mungkin akan menurun seiring berjalannya waktu. Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya dalam berbagai hubungan cinta. Keintiman biasanya ditempatkan di posisi puncak dari banyak hubungan cinta, dimana jenis hubungan cinta yang dimaksud adalah hubungan dengan orangtua, saudara, kekasih, atau teman dekat. Gairah kelihatannya sangat terbatas keberadaannya pada jenis hubungan cinta tertentu, khususnya yang romantis. Sementara keberadaan komitmen sangat bervariasi pada hubungan cinta yang berbeda. Misalnya, komitmen cenderung tinggi pada cinta terhadap anak, tetapi relatif rendah pada cinta terhadap teman yang dapat berubah sepanjang masa. Ketiga komponen ini juga berbeda keberadaannya jika ditinjau dari adanya keterlibatan fungsi psikofisiologis. Gairah sangat tinggi ketergantunganya dalam melibatkan fungsi psikofisiologis, sementara komitmen sangat sedikit melibatkan fungsi psikofisiologis. Keintiman berada pada interval menengah dalam melibatkan fungsi psikofisiologis.
0 comments:
Post a Comment