Dec 22, 2009

Apa itu Sustainable Growth Rate ?


Konsep sustainable growth rate pertama kali diperkenalkan oleh Robert C Higgins (1977,1983) dan J.C Van Horne. Sustainable growth rate (SGR) merupakan konsep dalam managemen keuangan yang dapat digunakan sebagai alat analisa kinerja keuangan, perencanaan serta pengendalian. Sustainable growth rate (SGR) berarti sebuah kemungkinan dan tingkat pertumbuhan penjualan masimum yang dapat diperoleh ketika perusahaan mempertahankan rasio keuangannya, yaitu struktur modal,kebijakan deviden dan efisiensi operasi dimana profit margin dan asset turn over tetap dan tidak merencanakan menerbitkan sahan baru (Yushan Cao 2005).

Kebanyakan manager keuangan menyadari bahwa untuk menghasilkan keuntungan dibutuhkan juga pendanaan. Pertumbuhan penjualan yang cepat menimbulkan konsekuensi pada peningkatan aset dalam bentuk piutang, persediaan dan aktiva tetap yang pada gilirannya dibutuhkan dana untuk membiayai aset tersebut. Mereka juga tahu jika perusahaan tidak mempunyai dana ketika dibutuhkan maka perusahaan akan mengalami kemandegan atau yang lebih terkenal dengan istilah “grow broke”. Hubungan tersebut secara eksplisit dapat dijelaskan melalui model sustainable growth rate. (Ross dan Jordan 2000:115).

Sustainable growth rate sering digunakan oleh bankir dan analisis eksternal untuk mengetahui kelayakan kredit suatu perusahaan. Bankir menggunakan informasi tentang sustainable growth rate dalam beberapa cara seperti dengan membandingkan pertumbuhan penjualan aktual dengan sustainable growth rate akan dapat diketahui isu isu apa saja yang akan menjadi agenda utama manajer keuangan. Jika penjualan aktual secara konsisten melebihi melebihi sustainable growth, maka permasalahan yang dihadapai oleh manajemen adalah darimana dan bagaimana cara mendapatkan dana untuk membiayai pertumbuhan. Dengan demikian bankir dapat mengantisipasinya dengan menawarkan produk produk pinjaman, sebaliknya jika sustainable growth rate secara konsisten melebihi pertumbuhan aktual maka bankir lebih baik membicarakan produk produk investasi karena permasalahan yang dihadapi oleh manajemen adalah apa yang harus dilakukan terhadap semua kelebihan dana yang terus menumpuk. Bankir juga dapat memanfaatkan model sustainable growth rate untuk menjelaskan kepada pemilik usaha kecil yang kurang berpengalaman dalam bidang keuangan serta pengusaha yang terlalu optimis bahwa demi keberlangsungan usaha mereka dalam jangka panjang adalah sangat penting untuk menjaga pertumbuhan dan profitabilitas berada pada keseimbangan yang sesuai (Ross dan Jordan 2000:115).

Sustainable growth rate merupakan salah satu konsep penting yang diperkenalkan kedalam literatur keuangan selama puluhan tahun terakhir. Konsep ini menunjukkan pertanyaan penting yang strategis yaitu apakah usulan perencanaan perusahaan bisa didanai dengan berdasar pada parameter keuangan yang ada. Konsep ini sangat mudah dikalkulasikan dan mampu memberi analis pandangan yang sangat berharga tentang permasalahan pendanaan yang potensial dihadapi perusahaan dimasa yang akan datang. Sejak diperkenalkan pada tahun 1977 oleh Robert C Higgins dalam bukunya “How Much Much Growth Can A Firm Afford” berbagai model sustainable growth telah diperkenalkan dan dikembangkan. C Firer melalui artikelnya sustainable growth models” dalam investment analysts journal no 41 winter 1995 menjelaskan beberapa model sustainable growth rate yang berkembang dan terdapat pada literatur literature keuangan:

(1) Higgins model

Sustainable growth dapat dihitung dengan formula:

(1)



Dimana:

NPAT

=

net profit after tax

NPBT

=

net profit before tax

PBIT

=

operating profit before interest and tax

S

=

turnover

T

=

firm tax rate

E

=

book value of equity

RI

=

retained income for the year

NA

=

net assets

Perhitungan yang tepat membutuhkan nilai buku awal dari modal dan bukan nilai buku akhir yang digunakan sebagai bilangan pembagi. Hal tersebut karena cara yang tepat untuk menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang semestinya adalah persentase investasi awal periode bukannya nilai akhir. Bagaimanapun juga analisis keuangan tradisional menghitung ROE sebagai representasi dari persentase modal akhir. Sehingga mengunakan nilai dari modal akhir pada persamaan (1) akan menuntun pada nilai yang tidak sesuai dari sustainable growth.

Persamaan sustainable growth rate (1) seharusnya diperluas dengan menambah faktor E/Eo ( modal akhir/modal awal).sehingga menjadi:





Pengkombinasian NA/E dan E/Eo dan penggunaan nilai awal dari NA akan menghasilkan faktor NA/Eo dimana kedua variabel berasal dari neraca saldo awal. Sehingga persamaan sustainable growth rate menjadi:

(2)



Faktor pertama dari persamaan diatas menunjukkan dampak dari dana yang ditahan terhadap tingkat pertumbuhan, kedua faktor berikutnya mengidentifikasi potensi pertumbuhan perusahaan sebagai hasil dari operasi perusahaan. Faktor keempat menunjukkan pertumbuhan sebagai hasil dari kebijakan perpajakan, sedangkan dampak dari penambahan hutang terhadap struktur modal perusahaan ditunjukkan oleh faktor kelima dan keenam, faktor kelima berhubungan dengan debt to equity ratio sedangkan berikutnya merujuk pada interest cover ratio.

Kini tingkat pajak cenderung stabil seperti tingkat bunga terutama jika perusahaan menerapkan tingkat bunga pinjaman tetap. Hal tersebut tentu saja merupakan batasan untuk meningkatkan tingkat hutang yang bisa digunakan sehingga menyisakan variabel operasi yaitu profit margin dan asset turn over serta retention rate (plowback ratio) sebagai sumber potensi pertumbuhan perusahaan. Dalam jangka panjang perusahaan mungkin mencapai tingkat efisiensi operasi yang tinggi, membatasi perkembangan dari rasio rasio tersebut, sehingga satu satunya sumber jangka panjang dari potensi pertumbuhan perusahaan selain melalui penerbitan saham baru adalah laba yang ditahan.

(2) Model sustainable growth lain

Bentuk umum dari sustainable growth rate yang muncul dalam literatur keuangan adalah;

SGR

=

RETENTION RATE

x

ROE

(3)

Dan

SGR

=

RETENTION RATE x ROE

(4)



1- RETENTION RATE x ROE


Bagaimanapun juga jika ROE didefinisikan dengan menggunakan modal awal (dengan simbol ROE0) maka penggunaan persamaan (3) tidak secara tepat dapat mengukur sustainable growth rate. Boston Consulting Group (BCG) menampilkan persamaan dibawah ini yang di definisikan sebagai sustainable growth rate pada asset perusahaan











Dimana :

D/E

=

Debt to equity ratio (book values)

R

=

Return on assets after tax

i

=

Interst rate after tax

p

=

Retention ratio (plowback ratio)

Pengertian Sustainable Growth Rate

Model tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan atau sustainable growth rate (SGR) adalah persentase tahunan maksimum kenaikan dalam penjualan yang dapat dicapai berdasarkan pada berbagai rasio target operasi, utang dan pembayaran deviden (Van Horne dan Wachowicz 2005:285). Sustainable Growth rate (SGR) atau tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan mengambarkan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan jika perusahaan ingin mempertahankan rasio keuangan yang ada dan tidak ingin secara terpaksa menjual bagian ekuitas yang baru (Arthur, Scott dan Martin 2002)

Pengertian Sustainable Growth rate menurut Ross dan Jordan adalah

“the maximum growth rate a firm can achieve with no external equity financing while it maintains a constant debt-equity ratio”(Ross dan Jordan 2000:103)

Tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan suatu perusahaan adalah tingkat pertumbuhan maksimum dalam penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan, memberi profitabilitas perusahaan, penggunaan asset, devidend payout yang diinginkan dan rasio hutang (financial leverage) (www.answers.com).

Secara konseptual, sustainable growth rate merupakan “break even” analisis dari perspektif arus kas yaitu seberapa cepat perusahaan meningkatkan pendapatan (penjualan) tanpa membutuhkan tambahan pendanaan dari modal. Beberapa prasyarat diperlukan untuk menghitung sustainable growth rate yaitu:

(1) Perusahaan atau entitas bisnis harus memiliki profitabilitas atau memperoleh laba, terlebih dari perspektif ekonomi

(2) Kebutuhan investasi harus digambarkan dalam trend garis lurus ( linear fashion). Tujuannya adalah untuk menentukan pola dari investasi yang digambarkan sebagai dampak dari strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan terutama jika pola dimasa masa yang akan datang berbeda dari masa lalu atau sekarang

Penggunaan sustainable growth rate diasumsikan bahwa perusahaan ingin :

1. Mempertahankan target struktur modal tanpa menerbitkan saham baru

2. Mempertahankan rasio pembayaran deviden

3. Meningkatkan penjualan secara cepat selama kondisi pasar memungkinkan (Roy Johnson,2005)

Internal Growth rate dan Sustainable Growth Rate

Tingkat pertumbuhan yang ditentukan dengan hanya melihat kemampuan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan (Sustainable Growth rate). Internal growth rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Secara matematis, internal growth rate atau disingkat IGR dapat dihitung dengan (ROI x b) / 1– (ROI x b), dimana ROI atas Return on Invesment dan b adalah persentase laba yang ditahan dalam perusahaan. (Ross dan Jordan 2000:102-103)

Secara matematis sustainable growth rate atau disingkat SGR dapat dihitung dengan (ROE x b) / 1 – (ROEI x b), dimana ROE adalah return on equity dan b adalah persentase laba yang ditahan dalam perusahaan (Ross dan Jordan 2000:103). Sesuai dengan teori pecking order yang dikemukan oleh Myers, Beasley dan Majluf, yang mengatakan bahwa pada dasarnya perusahaan lebih menyukai pembiayaan modal secara internal serta berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi dan berupaya tidak melakukan pembayaran deviden yang terlalu besar karena itu pembayaran deviden cenderung konstan padahal laba selalu berubah ubah sehingga mengakibatkan dana internal kadang kadang lebih atau bahkan kurang. Apabila pendanaan internal tidak mencukupi maka dibutuhkan pembiayaan eksternal yang biasanya berasal dari sekuritas yang paling aman yaitu obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri dan bila terpaksa menerbitkan saham baru (Suad Husnan 2006:278).

Angka IGR selalu lebih rendah dibanding angka SGR, karena IGR tidak memperkenankan penambahan hutang jangka panjang atau penerbitan surat hutang, sedangkan SGR mengijinkan penambahan hutang jangka panjang atau penerbitan surat hutang secara proposional dengan penambahan modal yang berasal laba yang diperoleh yang ditahan dalam perusahaan. Dari dua angka pertumbuhan tersebut yang digunakan banyak perusahaan adalah SGR karena angka SGR lebih besar sehingga perusahaan dapat cepat bertumbuh. SGR dapat dihitung dengan formula:







Dimana :

ROE : return on equity

b : plowback rasio ( retention rate ) / ( 1- devidend payout)

( Ross dan Jordan 2000:103)

Berdasarkan formula dupont dimana ROE = profit margin (PM) x total asset turn over (TATO) x equity multiplier (EM) maka formula SGR tersebut menjadi :





Mencermati persamaan tersebut diatas dapat kita ketahui bahwa segala sesuatu yang dapat meningkatkan ROE akan meningkatkan sustainable growth rate . Peningkatan plowback rasio juga memilki efek yang sama. Berdasarkan persamaan tersebut maka ada empat rasio keuangan yang sangat mempengaruhi sustainable growth rate yaitu

1. Profit margin, peningkatan profit margin akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana secara internal dan dengan cara demikian dapat meningkatkan sustainable growth

2. Plowback rasio, penurunan persentase dari laba bersih yang dibagikan sebagai deviden akan meningkatkan plowback rasio (retention rate) . hal ini akan meningkatkan modal sendiri dengan demikian dapat meningkatkan sustainable growth

3. Equity multiplier, peningkatan debt –equity rasio akan meningkatkan financial leverage. Hal ini karena akan menyebabkan kemungkinan tersedianya pembiayaan dari utang, sehingga dapat meningkatkan sustainable growth

4. Total asset turnover, peningkatan total asset turn over perusahaan akan meningkatkan penjualan yang dihasilkan dari setiap rupiah dalam aktiva. Hal ini akan menurunkan kebutuhan kebutuhan akan aktiva baru sejalan dengan peningkatan penjualan dan hal ini akan meningkatkan sustainable growth.

1 comment:

  1. Assalamualaikum, perkenalkan saya toni, mahasiswa skripsi. Sebelumnya terima kasih sudah upload artikel ini, sangat membantu sekali. Ada satu yang ingin saya tanyakan, adakah penelitian yang secara explisit menyebutkan bahwa sgr adalah salah satu ukuran kinerja keuangan. Terima kasih atas bantuannya.

    ReplyDelete