Aug 28, 2010

Rule Your Mind Or It Will Rule You

“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk”
Buddha

Pikiran merupakan hamba yang sangat berguna namun merupakan majikan
yang paling kejam. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan pikiran
anda. Berita baiknya, sebelum saya menjelaskan maksud pernyataan di
atas, adalah bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk di dunia ini
yang memiliki kemampuan berpikir mengenai proses berpikir. Istilah
teknisnya adalah metakognisi. Berita buruknya adalah bahwa sangat
banyak orang yang tidak sadar, tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau
bahkan tidak mau tahu bahwa mereka sebenarnya memiliki kemampuan ini.
Dan oleh sebab itu mereka tidak pernah sadar bahwa seumur hidup
mereka telah menjadi budak atau hamba dari pikiran mereka sendiri.

Apapun yang terjadi di dalam hidup kita merupakan realisasi dari
pikiran kita yang dominan. Semakin kita memikirkan hal yang tidak
kita inginkan, maka kita semakin cenderung mendapatkannya. Ada
seorang remaja putri, yang tidak suka dengan tingkah laku ibunya dan
berkata, “Nanti, kalau saya dewasa, saya tidak akan jadi seperti ibu
saya.” Apa yang terjadi saat ia dewasa? Ia menjadi persis seperti
ibunya. Mengapa? Karena semakin ia pikirkan bahwa ia tidak mau
menjadi seperti ibunya, maka pikiran ini menjadi semakin dominan,
semakin menguasai dirinya, dan dengan demikian mengarahkan ia untuk
menjadi seperti ibunya.

Demikian juga orang gagal, yang pencapaian prestasi hidupnya rendah.
Coba anda tanyakan pada mereka, “Apa yang anda ingin capai dalam
hidup?” Mereka akan selalu berkata, “Saya ingin agar hidup saya tidak
kekurangan, tidak miskin, tidak susah, tidak menderita, tidak
ini…., tidak itu…..” Yang mereka katakan selalu apa yang tidak
mereka ingin terjadi pada diri mereka. Namun yang tidak mereka sadari
adalah semakin mereka fokus untuk menghidari apa yang tidak mereka
inginkan maka pikiran mereka akan semakin membuat hal itu menjadi
kenyataan.

Sebaliknya kalau orang sukses ditanya, “Apa yang anda ingin capai
dalam hidup?” maka mereka pasti akan menjawab, “Saya ingin menjadi
pengusaha sukses, saya ingin membantu orang yang tidak mampu dengan
kekayaan saya, saya ingin mendirikan panti asuhan, saya ingin
menyekolahkan anak ke luar negeri, saya ingin……., saya
ingin……..” Semua jawaban itu selalu yang positip. Anda bisa lihat
bedanya sekarang?

Anda mungkin akan bertanya, “Mengapa terjadi perbedaan hasil antara
orang gagal dan orang sukses, padahal mereka memikirkan tujuan yang
sama?” Sebelum saya jawab, saya perlu meralat pertanyaan anda. Mereka
memang terkesan memikirkan hal yang sama, padahal tidak sama.
Bukankah tidak mau hidup miskin sama dengan hidup dalam kelimpahan?
Bukankah hidup tidak menderita sama dengan hidup senang atau bahagia?
Secara bahasa, apa yang mereka nyatakan memang artinya sama. Tapi
secara kerja pikiran, kedua pernyataan itu bertolak belakang. Lho,
koq bisa?

Sekarang saya ingin bermain dengan pikiran anda sejenak. Coba anda
lakukan hal berikut ini. Saya ingin anda untuk tidak memikirkan
seekor gajah warna merah muda. Sekali lagi, saya minta anda tidak
memikirkan gajah warna merah muda. OK! Berhenti sejenak. Lakukan
eksperimen kecil ini. Setelah itu baru anda boleh meneruskan membaca.

Bila anda melakukan dengan benar apa yang saya minta maka pikiran
anda malah memikirkan seekor gajar warna merah muda. Mengapa bisa
terjadi demikian? Bukankah perintahnya tadi adalah anda diminta tidak
memikirkan gajah merah muda?

Inilah perbedaan kerja bahasa dan kerja pikiran. Secara struktur
kalimat, instruksi yang saya berikan sudah benar. Namun tidak
demikian bila instruksi ini mau dilaksanakan oleh pikiran. Bahasa
mengenal negasi. Pikiran tidak. Kalimat “tidak memikirkan” secara
kaidah bahasa memang berarti ” tidak boleh memikirkan atau jangan
memikirkan”. Namun di pikiran, untuk bisa menegasi suatu pernyataan
maka yang terjadi adalah harus terlebih dahulu muncul “sesuatu” untuk
kemudian dinegasi.

Dalam contoh yang saya berikan, untuk bisa “tidak memikirkan gajah
merah muda”, maka yang terjadi di pikiran adalah:

1. pikiran harus memunculkan gambar gajah warna merah muda

2. baru setelah itu pikiran akan menegasi gajah merah muda

Namun, begitu gambar gajah merah muda telah muncul di pikiran maka
efek negasi tidak berlaku. Artinya, gambar gajah merah muda itu akan
tetap berada di dalam pikiran. Semakin dominan pikiran itu maka
semakin kuat pengaruhnya pada diri seseorang.

Hal ini sama efeknya dengan orangtua yang “memotivasi” anaknya, yang
malas belajar, dengan kalimat, “Nak, jangan malas. Kalau malas kamu
nggak bisa sukses”. Apa yang terjadi? Anaknya justru tambah malas dan
tambah sulit sukses. Demikian juga saat orangtua mendorong anak untuk
rajin bangun pagi dengan, “Kalau bangun jangan suka telat. Jangan
suka bangun siang. Nanti bisa telat masuk sekolah.” Apa yang terjadi?
Anaknya tetap bangunnya telat. Mengapa bisa demikian?

Komunikasi mengandung tiga hal. Pertama adalah ide, kedua adalah
gambaran mental, dan yang ketiga adalah emosi. Saat orangtua berkata
jangan bangun telat, maka ini adalah ide. Selanjutnya dalam pikiran
akan muncul gambar orang yang bangun telat. Setelah itu muncul emosi.
Kalau emosi yang muncul adalah ia merasa enak kalau tidur sampai
siang, maka kebiasaan ini akan semakin kuat.

Untuk dapat benar-benar bisa mengendalikan pikiran kita harus
menyadari bahwa kita dan pikiran kita adalah dua hal yang berbeda.
Dengan kata lain, kita menggunakan pikiran namun pikiran bukanlah
diri kita. Diri kita adalah sebuah kesadaran yang menggunakan pikiran
sebagai alat untuk menghasilkan buah pikir. Kesadaran ini merupakan
langkah awal untuk mengendalikan pikiran. Untuk mudahnya anda cukup
mengingat tiga hukum pengendalian pikiran berikut:

Hukum pengendalian pikiran yang pertama berbunyi: Buat pikiran anda
memikirkan apa yang anda ingin pikirkan.

Pikiran selama ini telah dengan sangat bebas memikirkan apapun
yang “ia” inginkan. Dengan demikian selama ini pikiran yang
mengendalikan diri anda. Sekarang, setelah menyadari hal ini, anda
perlu membalik prosesnya, kenali bahwa pikiran hanyalah merupakan
suatu aktivitas, yang dapat berjalan sesuai dengan keinginan anda.
Untuk dapat mengendalikan pikiran, anda harus disiplin dalam
menjalankan hukum pertama ini. Belajarlah untuk mengatur pikiran
seperti anda menjalankan sebuah mesin. Anda dapat menyalakan atau
mematikan menurut keinginan anda.

Hukum pengendalian pikiran yang kedua berbunyi: Buat pikiran anda
berpikir saat anda menginginkannya berpikir dan berhenti berpikir
saat anda menginginkannya berhenti.

Bagi kebanyakan orang pikiran mereka dapat melakukan apa saja,
meskipun tanpa persetujuan mereka, sehingga pikiran yang menentukan
apa yang akan ia pikirkan. Akibatnya, pikiran yang muncul sering kali
tidak terkendali dan mengakibatkan pikiran yang kacau. Untuk
mengatasi hal ini anda harus bisa menjadi tuan dari pikiran anda,
bukan sebaliknya. Gunakan pikiran saat anda ingin menggunakannya dan
tidak menggunakannya saat anda tidak ingin menggunakannya. Dengan
kata lain, anda harus belajar untuk bisa membuat pikiran menjadi
tenang saat anda menginginkannya tenang.

Hukum pengendalian pikiran yang ketiga berbunyi: Menjadi pengamat
dari pikiran yang anda pikirkan.

Semakin ahli anda dalam memainkan peran sebagai pengamat dalam
mengamati pikiran maka anda akan semakin mampu menguasai pikiran.
Mainkan peran pengamat dalam setiap bentuk kegiatan mental yang anda
lakukan. Jadikan hal ini sebagai sebuah kebiasaan. Bila anda mampu
menjadikan peran pengamat sebuah kebiasaan, maka kebiasaan ini akan
sangat membantu mengembangkan kemampuan persepsi anda. Selanjutnya
anda akan mampu mengendalikan pikiran dan berpikir secara sadar.

Pada mulanya, keadaan pikiran orang pada umumnya relatif tidak
terstruktur, obyektif, fleksibel, dan terbuka terhadap pengalaman
belajar baru. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini perlahan tapi
pasti berubah menjadi semakin kaku, bias, dan sulit menerima
persepsi, pembelajaran, atau respon yang tidak dapat diterima oleh
struktur sebelumnya. Pada akhirnya, seluruh ruang lingkup kesadaran
pikiran sadar didikte dan tunduk pada kerangka berpikir yang tadinya
dibentuk sebagai landasan untuk mengembangkan kemampuan berpikir itu
sendiri.

Pikiran sadar atau rasional sebenarnya merupakan pikiran yang paling
tidak rasional. Mengapa demikian? Pikiran rasional, berdasarkan kesan
yang diterimanya melalui perspektif yang terbatas, membentuk struktur-
struktur yang kemudian menentukan apa yang akan diterima dan
ditolaknya secara bebas. Mulai saat itu tidak peduli bagaimana dunia
berjalan, pikiran rasional akan mengikuti aturan yang diciptakannya
sendiri dan mencoba memaksa dunia mengikuti aturan itu. Celakanya
lagi, kita menggunakan pikiran sadar untuk berpikir, menganalisis,
mensistesis, dan mengevaluasi.

Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan satu kutipan favorit saya
sebagai berikut:

“I think, therefore I am”
Descartes

Bila diterjemahkan bebas artinya “Saya berpikir, maka saya ada”.
Sebaliknya ada pihak yang menentang pendapat Descartes dengan
beragumentasi, “Saya ada, maka saya bisa berpikir”.

Nah, pertanyaan saya pada anda, manakah yang benar “Saya berpikir,
maka saya ada”, ataukah “Saya ada, maka saya bisa berpikir”?

Selamat berpikir !!

Sumber: Rule Your Mind Or It Will Rule You oleh Adi W. Gunawan. Adi
W. Gunawan lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator,
adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai
kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller
Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for
Success dan Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?

0 comments:

Post a Comment