“ Kesuksesan akan lebih menyenangkan jika itu diraih melalui perjuangan yang keras “
PEPATAH CHINA KUNO
DALAM cerita pendeknya yang sangat menghibur, yang berjudul The Verger, Someset Maugham menggambarkan bagaiman sebuah masalah yang tampaknya tidak dapat terpecahkan dapat menjadi berkah yang tak terduga. John Smith (saya lupa nama yang sebenarnya ) bekerja sebagai pengurus gereja di Inggris. Tugas seorang pengurus gereja yang adalah sangat sederhana, misalnya mengatur tempat duduk jemaat.
Satu hari, sang pastur gereja itu memberikan perintah yang mengharuskan semua pengurus gereja harus bisa membaca, dan bagi yang belum bisa membaca harus bisa membaca sampai pada tanggal yang telah ditentukan. Ketika tanggal yang telah ditentukan telah tiba, sang pastur memanggil John Smith dan menanyakan apakah dia sudah bisa membaca, ternyata sang pengurus gereja itu masih belum bisa membaca, dan dia pun diberhentikan dari tugas pelayanannya setelah sebelumnya diberikan uang pesangon, termasuk dana yang selama ini disimpan sebagai tabungan masa depannya.
Karena mengalami masa kritis dalam hidupnya, dalam diri Smith timbul keinginan untuk mengisap rokok, tetapi di sekitarnya tidak ada seorang pun yang jualan tembakau. Kesulitan itu membuatnya berpikir: pasti dirinya bukan satu-satunya orang yang sangat menginginkan rokok. Dengan sebagian dari tabungannya, dia segera membuka kios tembakau. Tak lama berselang, dia sudah memiliki jaringan kios tembakau di tempat-tempat strategis di seluruh London .
Suatu hari, manajer bank tempat di mana ia menyimpan uang, mengunjunginya dan bertanya apakah ia tahu junlah tabungannya (yang telah berkembang mencapai jumlah yang sangat banyak, dan dan sang manajer menyaranan agar uang tersebut di investasikan agar lebih menguntungkan). Smith mengatakan, bahwa dia tidak tahu berapa jumlah uangnya, sang manajer sangat terkejut karena laporan rekening koran milik Smith selalu dikirimkannya secara teratur. Smith mengakui bahwa dia memang selalu menerima beberapa pemberitahuan dari bak namun dia juga mengakui bahwa dia tidak bisa membaca.
Pengakuan itu sangat mengejutkan sang manajer, yang kemudian berseru “ Ya ampun, Bung, dapatkah Anda bayangkan apa yang bisa anda raih jika anda bisa membaca?”
Smith menjawab ringan: “ Ya, menjadi pengurus gereja.”
Akal sehat jelas merupakan sesuatu yang sangat penting untuk meraih kesuksesan. Orang bisa saja memiliki sejumlah gelar perguruan tinggi dibelakang namanya. Tetapi jika mereka tidak memiliki kemampuan menalar, mereka hanya akan menjadi robot akademis sepanjang hidupnya.
Kemampuan menalar membantu kita untuk menyelesaikan masalah yang sederhana dalam hidup ini dengan mudah. Dalam prosesnya, kita akan berkembang dan pada akhirnya pasti akan meraih sukses.
Congreve mengatakan :
“Jangan tunda sampai besok untuk menjadi bijak; karena mungkin besok matahari tidak akan bersinar lagi untuk anda.”
Menurut R. Collyer, “Sahabat terbaik seorang manusia adalah kesepuluh jari jemarinya.”
Dengan kemampuan menalar itu kita akan diberitahu jika ada rintangan di jalan yang kita lalui, cara terbaik untuk melaluinya adalah dengan mengitarinya atau melompatinya.
Kemampuan menalar menolak untuk membiarkan kita takut terhadap penderitaan atau halangan. Ia memberitahukan kepada kita jika cara yang satu gagal untuk melakukan sesuatu,cobalah sara lainnya. Apa gunanya serangkaian gelar akademis yang tinggi jika kita tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh tersebut untuk menghasilkan solusi yang sederhana dalam menghadapi masalah sehari-hari ? Dana apa gunanya kemamouan menalar jika kita tidak memiliki usaha keras untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan nalar kita.
Henry Watch Beecher mengatakan : “Dalam urusan kehidupan sehari hari, usaha yang keras mampu melakukan apapun yang dapat dilakukan oleh kejeniusan, dan mampu beberapa hal lainnya yang tidak dapat dilakukan oleh kejeniusan.” Dengan kata lain, setipa orang tidak harus menjadi jenius untuk bisa berkerja keras dan meraih kesuksesan. Fakta ini didukung oleh Dickens dalam tulisannya Barnaby Rudge, dimana dia mengatakan ;” Kerja keras adalah jiwanya bisnis dan kunci meraih kemakmuran”. Menunda-nunda adalah musuh kita yang paling mematikan. Jangan pernah menunda apapun yang seharusnya dikerjakan dan dapat dilakukan pada hari ini hingga esok hari.
Biasanya,para seniman itu cenderung dianggap sebagai pemalas, bahkan seorang pelukis besar seperti Sir Joshua Reynold pernah berkata, “ Jika anda memiliki banyak bakat besar, kerja keras akan mengembangkannya; jika anda memiliki baka yang biasa- biasa saja maka kerja keras akan menutupinya.”
Kerja keras, tentunya harus diupayakan apda saluran yang benar.
Dalam Memoirs, Field-Marshal Lord Montgomery mengutip seorang perkataan seorang jenderal Jerman modern yang mengatakan;” Saya membagi perwira saya kedalam empat kelas; yang pintar, yang bodoh, yang berkerja keras, dan yang malas. Setiap perwira setidaknya memiliki dua kategori. Mereka yang pintar dan berkerja keras cocok untuk menduduki jabatan staf yang lebih tinggi; mereka yang bodoh dan malas masih dapat dimanfaatkan. Orang yang pintar dan malas cocok untuk memegang jabatan komando tertinggi, mereka biasanya memiliki temperamen dan keberanian yang diperlukan untuk menghadapi berbagai situasi. Tetapi yang berkerja keras dan bodoh adalah bahaya dan harus segera dikeluarkan.
Kemampuan menalar yang dikombinasikan dengan kerja keras dapat menghantarkan kita menuju kesuksesan yang tak terbayangkan. Tetapi yang harus dihindari adalah sifat sensitif yang berlebihan. Semakin berkembang kehidupan kita, telah membuat kita belajar untuk mudah tersinggung- bahkan harus benar benar tebal telinga. Kita,pada umumnya, cenderung mudah tersingung dan mudah terluka hatinya. Ejekan, hinaan, dan celaan semestinya menjadi lecutan dan dorongan bagi kita.
Kita akan menjadi lebih bisa mengendalikan diri jika kita telah belajar bagaimana menempatkan diri kita pada posisi orang yang melakukan kesalahan. Biasanya, semakin tidak beradab maka semakin besar keinginannya untuk mengubah ungkapan verbalnya ke dalam bentuk perlakuan kejam. Ketika kita masuk kedalam peradaban, kita belajar untuk mendisiplinkan tubuh, pikiran, dan ucapan kita, dan berusaha untuk mengurangi perlakuan kejam semata mata untuk membebaskan pikiran.
Jika kita selalu bisa mengendalikan amarah kita, maka kerusuhan akan semakin berkurang di masyarakat. Orang yang kehilangan kesabarannya akan kehilangan rasionalitasnya, dan jelas menjadi orang yang kalah dalam perselisihan. Dan ketika emosi sesaat mampu mengalahkan akal sehat, maka saat itulah awal dari kehancuran kita.
Di zaman sekarang, kerjalah yang dapat membawa kita pada derajat yang lebih tinggi dan bukannya keturunan.
disadur dari buku Nothing To Something karangan James Newton
0 comments:
Post a Comment