Leverage dapat didefinisikan sebagai besarnya rasio total asset dalam setiap ekuitasnya. Angka rasio leverage ini biasanya digunakan untuk mengetahui berapa besarnya utang dalam total aset perusahaan. Namun, sekali lagi seperti layaknya rasio-rasio yang lain, rasio leverage ini tidak memiliki angka yang bisa dijadikan benchmark. Adapun penjelasannya didapat dengan membandingkan rasio yang sama dengan perusahaan lainnya dalam industri yang sejenis. (www.e-samuel.com)
Mempunyai leverage yang tinggi tidak selalu berarti jelek. Bahkan leverage pada tingkat tertentu bisa meningkatkan ROE. Akan tetapi masalahnya pada leverage yang berlebihan pada akhirnya akan mengurangi profit margin dan mengurangi efisien perputaran aset. Contoh industri yang mempunyai leverage tinggi adalah industri perkapalan. Karena barang-barang modal yang digunakan oleh perusahaan perkapalan harganya tinggi, maka tidak aneh jika hampir semua perusahaan dari dalam industri ini memiliki angka leverage yang besar. Tetapi, besarnya angka leverage ini tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan keuangan yang buruk. Bisa jadi perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik meskipun rasio leverage-nya tinggi. Hal ini terjadi karena kemungkinan besarnya utang tersebut dapat menghasilkan tingkat penjualan yang tinggi pula. (www.e-samuel.com)
Jadi, hal yang penting diperhatikan dalam perhitungan leverage adalah besarnya rasio leverage rata-rata pada industri dimana perusahaan yang kita analisa bergerak. Sebab, tinggi rendahnya angka leverage tidak didasarkan pada suatu basis tertentu, tetapi lebih didasarkan relativitasnya terhadap industri perusahaan yang dinilai. Cara paling mudah untuk men-cek apakah leverage suatu perusahaan masih aman adalah dengan mengitung interest coverage, yaitu rasio yang menghitung EBIT (laba usaha) dibagi dengan beban bunga satu tahun. Sementara itu equity multiplier merupakan rasio leverage pemegang saham yang mengukur bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham (John, Subramanyam dan Halsey 2003:80). Semakin besar equity multiplier maka semakin kecil bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham dan itu berarti pendanaan aktiva sebagian besar berasal dari pendanaan eksternal (hutang). Komponen ini sangat penting untuk menganalisis kinerja perusahaan dan dalam menilai pengembalian untuk pemegang saham. Selain itu dengan menganalisis equity multiplier dapat diketahui sampai tingkat mana pemegang saham menanggung resiko terhadap total aktiva perusahaan. Rasio ini tidak seharusnya meningkat dari waktu kewaktu karena hal tersebut menandakan semakin banyak hutang yang digunakan dlam mendanai perusahaan. Hutang menimbulkan kewajiban untuk membayar angsuran pinjaman dan bunga pinjaman dan jika perusahaan tidak bisa melaksanakan kewajibannya maka perusahaan dapat dipaksa mengalami kebangkrutan. Sehingga tingginya rasio ini menunjukkan manajemen struktur modal yang buruk. Pada beberapa sektor industri rasio ini berada pada angka ideal antara 2 sampai 3.
Hubungannya dengan sustainable growth, jika pendanaan dari laba ditahan masih belum mencukupi kebutuhan dana untuk mendukung pertumbuhan maka peningkatan penggunaan hutang dapat dijadikan alternatif dan apabila tambahan hutang tersedia maka akan meningkatkan angka pertumbuhan berkesinambungan
0 comments:
Post a Comment