Keberlangsungan usaha merupakan salah satu tujuan perusahaan disamping memperoleh laba demi kemakmuran pemilik perusahaan. Sampai dengan saat ini banyak perusahaan telah berdiri, beberapa diantara sampai saat ini masih bertahan dan banyak diantaranya mengalami kebangkrutan. Ditengah persaingan bisnis yang terus meningkat dengan munculnya perusahaan perusahaan baru salah satu pertanyaan mendasar adalah seberapa lama dan bagaimana cara agar perusahaan perusahaan tersebut mampu terus bertahan.
Khounosuke Matsushita, pendiri dari Matsushita Electric Industries, pernah berkata bahwa umur rata rata dari perusahaan adalah antara tiga puluh dan empat puluh tahun selama tetap bertahan bisnis yang ada dan tidak mencoba untuk bergerak ke arah yang baru (Ishiyama dalam Horide). Menurut Nikkei Business yang melaksanakan survei pada tahun 1984, masa hidup rata-rata dari perusahaan bisnis Jepang adalah antara tiga puluh dan empat puluh tahun (Ichirou Horide). Suatu laporan berjudul “Corporate Change: A look at How Long-Established Companies Change” oleh Royal Dutch/Shell Group Planning PL/1 , 1983 juga menunjukkan bahwa harapan hidup dari suatu korporasi multinasional - fortune 500 atau sejenisnya adalah antara empat puluh dan lima puluh tahun (Arie no Geus dalam Horide).
Harapan hidup mencerminkan seberapa lama perusahaan untuk mampu bertahan pada bisnis yang digelutinya. Harapan hidup sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern perusahaan. Faktor intern dapat berupa keunggulan komparatif yang dimilili perusahaan. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimilki perusahaan dibandingkan perusahaan lain pada sektor industri sejenis, contoh keunggulan produk, harga, distribusi dll. Faktor intern dapat juga berupa faktor kualitas sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sistem dan teknologi yang dimiliki perusahaan. Sedangkan faktor ekstern dapat berupa keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. Keunggulan kompetitif merupakan keuntungan yang didapat oleh sebuah perusahaan dibanding perusahaan lain dikarenakan struktur pasar, input dan output pasar mereka beroperasi. Sebagai contoh, perusahaan dapat memiliki keunggulan kompetitif dikarenakan batasan jumlah perusahaan yang diperbolehkan untuk memasuki jenis industri tertentu, hal tersebut menjadi garis penghalang bagi perusahaan lain untuk memasuki pasar industri tersebut.
Keunggulan kompetitif dapat terjadi karena kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah pemain yang ada pada suatu sektor industri dan monopoli yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan tertentu. Itulah alasan mengapa Pertamina dapat terus bertahan di Indonesia, namun hal yang sama juga telah menyebabkan pertamina gagal menjadikan dirinya sebagai salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Keunggulan kompetitif memang mampu membuat perusahaan bertahan namun tanpa keunggulan komparatif maka perusahaan takkan mampu menjadi besar dan berkembang dan menjadi pemimpin pasar.
Harapan hidup perusahaan di Indonesia tentu saja berbeda dengan di luar negeri dimana persaingan bisnis yang sangat ketat dikarenakan sistem perdagangan bebas dan kapitalis yang mereka terapkan. Di Indonesia banyak ditemukan perusahaan yang berusia lebih dari lima puluh tahun bahkan seratus tahun, walaupun kebanyakan adalah perusahaan yang dulunya dimiliki oleh pemerintah seperti Bank BNI, Aneka Tambang, PT Telkom dll. Meskipun belum ada penelitian yang mampu menjelaskan seberapa lama harapan hidup perusahaan perusahaan Indonesia namun harapan hidup merupakan hal yang essensial bagi perusahaan dalam rangka memakmurkan pemilik perusahaan.
Masalah yang dihadapi perusahaan untuk bisa bertahan hidup menjadi semakin rumit sejak krisis keuangan yang terjadi di amerika akhir tahun 2008 dan menyebar keseluruh dunia termasuk Indonesia. Beberapa korporasi besar mulai mengalami kesulitan keuangan dan terpaksa melakukan penghematan dengan memotong anggaran tenaga kerja sehingga dapat diduga yang kemudian terjadi adalah pemutusan hubungan kerja secara besar besaran. Keuangan merupakan darah bagi perusahaan yang terus menopang kehidupan serta aktivitas perusahaan, sama pentingnya darah bagi manusia sehingga dapat dibayangkan akibatnya bila sebuah perusahaan mengalami masalah keuangan. Masalah keuangan perusahaan terdiri dari masalah sumber dana dan penggunaan dana, tugas manager keuanganlah yang harus membuat keputusan untuk mengatasi kedua masalah tersebut sehingga perusahaan mampu terus bertahan dan memelihara kesempatan untuk terus tumbuh dan berkembang.
Salah satu dari isu-isu paling kontroversial di dalam literatur pertumbuhan adalah apakah ada satu laju pertumbuhan optimal yang dapat memaksimalkan kinerja perusahaan. Riset menunjukkan bahwa ada koridor spesifik dari pertumbuhan optimum perusahaan yang mempunyai efek signifikan terhadap kinerja jangka panjang perusahaan (Flora Ferlic 2005). Penelitian penelitian dalam bidang manajemen telah menghubungkan pertumbuhan perusahaan dengan berbagai manfaat. Pertumbuhan dipandang sebagai hal yang esensial jika perusahaan ingin tetap bertahan menjadi yang utama dan kompetitif (Drucker, Robins & Wiersema, dalam Flora Ferlic 2005) pada saat yang sama, pertumbuhan perusahaan dihubungkan dengan meningkatnya kompleksitas dan berbagai macam permasalahan manajemen. Studi studi telah menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berlebihan dapat menghancurkan nilai pemegang saham dan memilki efek kurang baik terhadap profitabilitas (Baumol, Hedberg, Nystrom, & Starbuck, Richardson, Whetten, dalam Flora Ferlic 2005).
Pertumbuhan bila dilihat dari dimensi ukuran atau Size merupakan perbandingan antara kondisi sekarang dan sebelumnya. Suatu perusahaan dapat dikatakan tumbuh apabila ukuran perusahaan meningkat dibanding periode sebelumnya, beberapa ukuran yang sering dipakai adalah penjualan, laba per lembar saham, nilai pasar perusahaan, modal sendiri, dll. Suatu perusahaan juga dapat dikatakan tumbuhan apabila perusahaan tersebut mampu meningkatkan jumlah unit bisnis yang dimiliki seperti dengan cara mengakuisisi perusahaan lain, mendirikan pabrik baru, kantor cabang baru, atau bahkan mendirikan anak perusahaan baru. Pertumbuhan seakan akan sudah menjadi tuntutan dari pemilik dan investor terhadap manajemen, pemilik dan investor akan sangat senang apabila disuguhi grafik dan gambar yang menarik dalam laporan tahunan perusahaan yang mengambarkan peningkatan dan trend pertumbuhan yang terus naik. Kecenderungan seperti itu bisa menjadi bumerang yang mengancam keberlangsungan hidup perusahaan karena perusahaan tidak bisa terus menerus tumbuh karena pertumbuhan juga memiliki batasnya tersendiri.
Pengaturan pertumbuhan membutuhkan keseimbangan yang sesuai antara tujuan penjualan perusahaan, efisiensi operasi dan sumber pendanaan keuangan. Banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dikarenakan pertumbuhan yang terlalu tingi tanpa diimbangi sumber daya keuangan yang memadai. Sebagai upaya mengatasi hal tersebut perusahaan harus menentukan tingkat pertumbuhan penjualan yang konsisten dengan realita perusahaan dan pasar keuangan dan mengimplementasikannya dalam bentuk rencana keuangan (Van Horne dan Wachowicz 2005:285)
Selama krisis yang melanda Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997 silam banyak perusahaan dari berbagai sektor industrI mengalami kehancuran, namun banyak perusahaan mampu memanfaatkan krisis untuk meningkatkan keunggulan komparatif mereka dan menjadi perusahaan besar sampai sekarang. Beberapa pengamat ekonomi menilai krisis pada tahun 1997 disebabkan oleh begitu dominannya peran negara dalam mengatur kegiatan ekonomi. Ironisnya, dominasi negara tersebut dipandang sebagai faktor dominan kunci keajaiban ekonomi Asia termasuk Indonesia. Sebelum krisis melanda pada tahun 1997, perekonomian Indonesia digambarkan sedang mengalami pertumbuhan 7-8 %, inflasi dibawah dua digit, depresiasi rupiah moderat dan seterusnya. Kondisi sektor makro ekonomi tersebut berdampak langsung terhadap sektor industri yang terlalu percaya diri terhadap ekonomi Indonesia. Berbagai kebijakan investasi dan ekpansi dilakukan tanpa perencanaan dan studi kelayakan karena mereka percaya bahwa perusahaan akan terus tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga sampai semuanya terlambat, perusahaan jatuh karena tidak dapat memenuhi kewajibannya hutang kepada kreditur demi membuat perusahaan semakin besar, tumbuh dan berkembang. Pelajaran yang dapat diambil dari krisis tersebut adalah bahwa perusahaan bukan hanya harus merencanakan keberhasilannya tetapi juga membuat rencana jika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting karena perencanaan memberi pijakan bagi setiap tindakan dan keputusan manajemen, dengan membandingkan perencanaan dengan hasil yang didapat maka dapat diketahui seberapa baik kinerja manajemen. Perencanaan seperti sebuah peta bagi perusahaan dalam rangka menuntun perusahaan untuik mencapai tujuan perusahaan secara lebih cepat dan lebih baik sehingga rencana yang baik adalah apabila rencana tersebut mampu menuntun perusahaan mencapai tujuannya lebih cepat dan membutuhkan pengorbanan yang minimal dibandingkan rencana lain. Rencana yang buruk mungkin lebih baik dibandingkan tanpa adanya perencanaan sama sekali, tanpa rencana maka akan terjadi kebingungan dan mismanagement diantara komponen perusahaan yang akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup perusahaan.
Perencanaan keuangan meliputi analisis terhadap arus kas keuangan perusahaan memperkirakan akibat dari berbagai keputusan tentang investasi, pendanaan keuangan dan kebijakan deviden dan menimbang berbagai akibat dari berbagai alternatif kebijakan. Tujuan utama dari perencanaan keuangan adalah menentukan kondisi perusahaan di masa lalu, saat ini dan dimasa yang akan datang. Perencanaan keuangan bukan hanya merencanakan yang seharusnya akan tetapi memperkirakan dan mengevaluasi perbedaan perencanaan yang seharusnya terjadi dengan kenyataan yang ada, sehingga bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan perusahaan, manajemen seharusnya punya rencana cadangan sehingga perusahaan tidak masuk kedalam ketidakpastian (Van Horne 1992:120)
Banyak perencana keuangan memandang perencanaan sebagai kunci bagi manajemen dalam meningkatkan kinerja karena pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan hasil yang didapat dengan target yang telah dibebankan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Hasil yang tidak sesuai target dapat menganggu bagi pencapaian target selanjutnya. Karena itu perencanaan yang baik dapat menghindarkan perusahaan dari kinerja yang buruk.
Perencanaan keuangan mengalokasikan sumber daya perusahaan dalam rangka mencapai tujuan investasi. Perencanaan keuangan mempunyai arti penting dikarenakan beberapa alasan yaitu:
(1) Perencanaan keuangan membantu manajemen mengetahui dampak dari berbagai strategi terhadap posisi keuangan perusahaan, arus kas perusahaan, pendapatan, dan tingkat kebutuhan dana eksternal
(2) Dengan merumuskan perencanaan keuangan, manajemen perusahaan berada pada posisi lebih baik untuk bereaksi terhadap segala perubahan yang terjadi di pasar, seperti penjualan yang lebih rendah dibandingkan proyeksi penjualan, atau masalah yang tidak terduga seperti pengurangan pasokan bahan baku. Dengan merancang sebuah rencana keuangan, manajer menjadi lebih terbiasa dengan perubahan sekecil apapun terhadap arus kas perusahaan dan tingkat dana yang dibutuhkan untuk merubah tingkat penjualan atau faktor faktor lain.
(3) Membuat rencana keuangan membantu manajer dalam memahami pertukaran yang melekat antara rencana investasi dan rencana pendanaan. Contoh, dengan merancang sebuah rencana keuangan, manajer keuangan akan lebih mampu memahami pertukaran yang timbul antara mempunyai persediaan yang cukup untuk memuaskan permintaan konsumen dengan kebutuhan keuangan untuk berinvestasi pada persediaan. (Fabozzi dan peterson 2003:938).
Perencanaan keuangan terdiri dari rencana investasi perusahaan dan rencana pendanaan. Segera sesudah kita mengetahui rencana investasi perusahaan, kita perlu mengetahui kapan pendanaan dibutuhkan dan darimana dana tersebut berasal. Manajer melakukannya dengan membuat anggaran (budget), yang berarti rencana investasi dan rencana pendanaan yang di wujudkan dalam bentuk mata uang. Budget atau anggaran dapat menampilkan rencana investasi dan rencana pendanaan secara rinci seperti apa yang dilakukan terhadap kas yang melebihi kebutuhan kas minimum harian perusahaan, atau dapat merefleksikan secara luas pernyataan tentang strategi bisnis perusahaan selama beberapa dekade berikutnya. (Fabozzi dan peterson 2003:938).
Perencanaan keuangan menekankan pada perusahaan untuk memikirkan tentang tujuan yang hendak dicapai. Tujuan organisasi seringkali diekspresikan dalam bentuk pertumbuhan, sehingga banyak perusahaan menentukan tingkat pertumbuhan sebagai komponen utama dalam perencanan keuangan, dengan demikian ada hubungan langsung antara pertumbuhan perusahaan dengan kebijakan keuangan, oleh karena itu pertumbuhan dipandang sebagai tujuan manajemen keuangan (Ross dan Jordan 2000 : 98).
Pertumbuhan bertujuan menjadikan perusahaan semakin besar. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga hal ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat.
Namun pertumbuhan dapat menjadi jebakan bagi manajemen, harus diakui bahwa banyak pihak menginginkan pertumbuhan, bagi pemegang saham pertumbuhan akan meningkatkan deviden yang diterima dan meningkatkan harga saham sehingga dapat meningkatkan capital gain yang diperoleh. Bagi manajemen, pertumbuhan akan meningkatkan besarnya insentif yang mereka terima, akan tetapi keadaaan dapat menjadi buruk manakala perusahaan terlalu bernafsu untuk mengejar pertumbuhan. Pertumbuhan yang tinggi menuntut pembiayaan yang tinggi yang biasanya sebagian besar berasal dari hutang. Penggunaan hutang sebagai sumber dana untuk membiayai aktiva dan asset perusahan tanpa diimbangi profitabilitas dari asset tersebut akan menimbulkan masalah likuiditas dan solvabilitas. Kenyataan telah membuktikan bahwa perusahaan perusahaan yang jatuh dan mengalami kebangkrutan lebih disebabkan kegagalan mereka dalam memenuhi kewajibannya terhadap kreditur.
Banyak perusahaan memasang angka pertumbuhan dengan hanya mendasarkan pada permintaan pasar tanpa memperhatikan kebijakan keuangan, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan karena pertumbuhan yang ditetapkan sendiri. Pertumbuhan perusahaan akan membawa konsekuensi terhadap keputusan keuangan di bidang investasi dan keputusan pembiayaan. Secara keuangan, tingkat pertumbuhan dapat ditentukan dengan mendasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan.
Berkaitan dengan hal ini Sustainable growth rate (SGR) merupakan alat perencanaan yang efektif. Sustainable growth rate pertama kali diperkenalkan oleh Robert C Higgins (1977,1983) dan J.C Van Horne. Sustainable Growth rate (SGR) merupakan sebuah kemungkinan dan tingkat pertumbuhan penjualan masimum yang dapat diperoleh ketika perusahaan mempertahankan rasio keuangannya, yaitu struktur modal, kebijakan deviden dan efisiensi operasi dimana profit margin dan asset turn over tetap dan tidak merencanakan menerbitkan saham baru (Yushan Cao 2005).
Pemahaman tentang manfaat dan fungsi sustainable growth rate sebagai pengendali pertumbuhan dan alat perencanaan keuangan yang efektif tidak akan terlepas dari kemampuan kita dalam memahami bagaimana fungsi keuangan berperan dalam operasionalisasi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Perusahaan sebagai sebuah badan usaha yang profit oriented bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya. Demi mencapai kemakmuran maka dua kunci pokoknya adalah profitabilitas dan keberlangsungan usaha, profitabilitas berarti perusahaan harus berusaha menciptakan dan meningkatkan laba sebagai imbal jasa kepada pemilik perusahaan atas modal yang mereka berikan pada perusahaan dan keberlangsungan usaha berarti bahwa perusahaan tidak didirikan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat terus memberi kemakmuran kepada pemilik perusahaan secara terus menerus.
Perusahaan dalam rangka mendapatkan laba akan membutuhkan dana untuk membeli aktiva yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa, aktivitas ini sebut kegiatan investasi. Pendanaan untuk kegiatan investasi tersebut dapat berasal dari pemilik perusahaan atau dalam bentuk hutang serta dari penyisihan laba yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan. Keberlangsungan hidup perusahaan sangat bergantung pada bagaimana tingkat kebutuhan dana dan sumber dana berjalan seimbang, dengan kata lain kebutuhan dana untuk membeli aktiva perusahaan harus sebanding dengan kemampuan perusahaan menyediakan dana tersebut.
Sejak diperkenalkan pada tahun 1977 oleh Robert C Higgins dalam bukunya “How Much Much Growth Can A Firm Afford” berbagai model sustainable growth telah diperkenalkan dan dikembangkan namun yang paling sering dijadikan sumber rujukan adalah model yang dikembangkan oleh Van Horne, Ross dan Jordan. Tingkat pertumbuhan yang ditentukan dengan hanya melihat kemampuan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan (Sustainable Growth rate). Internal growth rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Secara matematis, internal growth rate atau disingkat IGR dapat dihitung dengan (ROI x b) / 1– (ROI x b), dimana ROI atas Return on Invesment dan b adalah persentase laba yang ditahan dalam perusahaan. (Ross dan Jordan 2000:103)
Sustainable growth rate atau tingkat pertumbuhan berkesinambungan adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa melakukan pembiayaan modal eksternal (apabila terpaksa dilakukan pembiayaan modal eksternal maka harus dengan tetap memelihara perbandingan antara hutang dengan modal /debt to equity ratio) (Ross dan Jordan 2000:103). Secara matematis Sustainable Growth rate atau disingkat SGR dapat dihitung dengan (ROE x b) / 1 – (ROEI x b) dimana ROE adalah Return on Equity dan b adalah persentase laba yang ditahan dalam perusahaan (Ross dan Jordan 2000:103). Hal tersebut sesuai dengan teori pecking order yang dikemukan oleh Myers, Beasley dan Majluf, yang mengatakan bahwa pada dasarnya perusahaan lebih menyukai pembiayaan modal secara internal serta berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi dan berupaya tidak melakukan pembayaran deviden yang terlalu besar karena itu pembayaran deviden cenderung konstan padahal laba selalu berubah ubah sehingga mengakibatkan dana internal kadang kadang lebih atau bahkan kurang. Apabila pendanaan internal tidak mencukupi maka dibutuhkan pembiayaan eksternal yang biasanya berasal dari sekuritas yang paling aman yaitu obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri dan bila terpaksa menerbitkan saham baru (Suad Husnan 2006:278).
Pendanaan internal perusahaan selain berasal dari laba ditahan juga dapat berasal akumulasi penyusustan. Semakin besar aktiva tetap yang dimilki perusahaan maka semakin besar akumulasi penyusutannya. Angka akumulasi penyusutan ini pada akhirnya akan mengurangi jumlah total aktiva. Internal Growth Rate mengukur tingkat pertumbuhan jika perusahaan tidak menggunakan sumber pendanaan eksternal baik dari hutang maupun dari modal saham sama sekali. Oleh karena itu angka Internal Growth Rate selalu lebih rendah dibanding angka Sustainable Growth Rate.
Sustainable growth rate dapat dikatakan sebagai sebuah ambang batas dari tingkat pertumbuhan yang diinginkan perusahaan. Konsep ini mendasarkan diri pada fungsi manager keuangan sebagai perantara antara pasar keuangan dengan perusahaan. Sebagai perantara maka ada dua aktivitas utama yang dijalankan oleh manajer keuangan yaitu penggunaan dana dan mencari dana, keberhasilan kedua aktivitas tersebut sangat ditentukan oleh keputusan yang diambil oleh perusahaan. Keputusan tersebut menyangkut penggunaan dana (keputusan investasi), bagaimana dana diperoleh (keputusan pendanaan) dan berapa laba yang dibagi (kebijakan deviden). Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kemampuan manager keuangan dalam menjaga keseimbangan arus dana antara pasar keuangan dan perusahaan serta membuat keputusan investasi, pendanaan dan deviden yang tepat dan akurat dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan.
Tinggi rendahnya angka SGR sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:
(1) Profit margin. Tingginya tingkat profit margin akan meningkatkan kemampuan perusahaan memperoleh dana internal sehingga meningkatkan angka pertumbuhan berkesinambungan.
(2) Total asset turn over. Peningkatan asset turn over akan meningkatkan angka penjualan yang diperoleh dari peningkatan aktiva. Peningkatan asset turn over menunjukkan meningkatnya efektivitas penggunaan aktiva dalam mencapai penjualan sehingga akan menurunkan penambahan aktiva yang akhirnya akan meningkatkan angka pertumbuhan berkesinambungan
(3) Kebijakan keuangan. Peningkatan rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) akan meningkatkan leverage keuangan (equity multiplier) perusahaan dan apabila tambahan hutang tersedia maka akan meningkatkan angka pertumbuhan berkesinambungan.
(4) Kebijakan dividen. Penurunan angka persentase laba bersih yang didistribusikan sebagai dividen akan meningkatkan angka laba yang ditahan (retention ratio), sehingga meningkatkan dana internal (equity) dan sekaligus meningkatkan angka pertumbuhan berkesinambungan (Ross dan Jordan 2000:104-105)
Hubungan antara empat faktor tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut
Perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas operasionalnya, melalui manajer keuangan dana tersebut dapat diperoleh dari pasar keuangan baik dalam bentuk hutang kepada kreditor maupun modal dari pemilik atau pemegang saham (lihat panah 1), dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli aktiva sebagai modal kerja bagi perusahaan. Untuk mengetahui seberapa besar hutang dan modal digunakan dalam membiayai aktiva perusahaan dapat diketahui dengan menghitung rasio equity multipliernya. Dengan menghitung rasio equity multiplier dapat diketahui kebijakan keuangan yang diambil perusahaan.
Pembelian aktiva oleh perusahan digunakan perusahaan untuk meningkatkan penjualan (lihat panah 2), penjualan menjadi sangat penting karena peningkatan penjualan dijadikan dasar bagi pengukuran kinerja manajemen, tingkat perputaran uang dan pertumbuhan perusahaan. Penggunaan aktiva yang efektif dan efisien akan mampu meningkatkan penjualan dan menunjukkan kemampuan asset management perusahaan. Pengukuran efektivitas dan efisiensi penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan dapat diukur dengan rasio total asset turn over (TATO).
Penjualan meskipun penting namun bukan menjadi tujuan perusahaan, karena penjualan tidak secara lansung dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik perusahaan. Laba merupakan ukuran bersih dari penjualan, karena telah memperhtungkan beban serta biaya yang dikeluarkan selama penjulaan. Sedangkan laba bersih merupakan laba setelah dikurangi beban bunga dan pajak. Laba bersih inilah yang akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit. Profitabilitas dapat diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait. yaitu hubungan antara laba bersih dengan penjualan sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan (lihat panah 3). Pengukuran efisiensi operasi perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan dapat diukur dengan rasio profit margin. Profit margin mengukur hubungan laba dengan penjualan serta profitabilitas perusahaan relative terhadap penjualan, rasio ini menunjukkan pada kita penghasilan bersih perusahaan per satu rupiah penjualan. Selain itu dapat juga diketahui posisi persaingan perusahaan di pasar serta struktur biaya perusahaan.
Profit margin didapat dari laba dibagi dengan nilai penjualan selama 1 tahun terakhir. Profit margin merupakan nilai sisa dari jumlah dana telah dibayarkan untuk biaya operasional perusahaan. Jadi, bila sebuah perusahaan ingin meningkatkan profit margin-nya, yang harus dilakukan adalah mengendalikan sedemikian rupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan.
Deviden merupakan bagian laba bersih yang menjadi hak pemegang saham. Pembagian deviden merupakan bentuk implementasi dari tujuan perusahaan yaitu memakmurkan pemilik perusahaan. Pada dasarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan dapat dibagi sebagai deviden (lihat panah 4) atau ditahan untuk diivestasikan kembali ke perusahaan. (lihat panah 4b). Kebijakan deviden menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham tersebut yaitu apakah laba dibagi sebagai deviden? Apakah laba tersebut ditahan? Apakah sebagian dibagi sebagai deviden dan sebagian ditahan? Berapa persentasenya? Kapan laba harus dibagikan dan kapan harus ditahan? Kebijakan deviden merupakan kebijakan yang tidak mudah, di satu sisi penurunan laba yang dibagikan sebagai deviden akan meningkatkan pendanaan perusahaan yang dapat digunakan untuk berinvestasi dan meningkatkan pertumbuhan namun di sisi lain deviden tersebut merupakan hal pemilik perusahaan. Kebijakan deviden yang ditempuh perusahaan dapat diketahui dengan menghitung rasio deviden payout dan retention rate atau plowback ratio –nya. Plowback ratio merupakan rasio yang menunjukkan tingkat keuntungan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Plowback ratio juga merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara perubahan laba ditahan dengan laba bersih setelah bunga dan pajak. Jika plowback ratio menunjukkan angka positif berarti dari laba yang dihasilkan sebagian ditanamkan kembali kedalam perusahaan, laba yang tidak dibagikan ini akan menambah jumlah modal sendiri
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipastikan bahwa sustainable growth rate atau tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan berbeda dengan konsep pertumbuhan yang hanya mengukur perubahan size (ukuran) saja. sustainable growth rate atau tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan lebih merupakan konsep yang mampu menselaraskan dan memadukan arus dana dan penggunaan dana serta menetapkan batas maksimum dari sebuah tingkat pertumbuhan. Sustainable growth rate atau tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan dari tiap tiap perusahaan dapat saja berbeda dikarenakan kharakteristik khusus yang dimiliki masing masing perusahaan.
Sustainable growth rate dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat perencanaan keuangan, dengan membandingkan angka sustainable growth rate dengan angka pertumbuhan perusahaan sesungguhnya selama 5 tahun terakhir maka perusahaan dapat mengetahui apakah kebijakan keuangan yang telah di tempuh benar benar telah memaksimalkan nilai perusahaan serta dapat diketahui apakah sumber sumber dana perusahaan telah digunakan secara optimal. Perusahaan juga dapat menggunakan konsep sustainable growth rate sebagai salah satu bagian penting dalam perencanaan keuangan, dengan menetapkan sebuah angka sustainable growth rate selama kurun waktu tertentu misal 5 tahun berdasar atas pertimbangan tertentu maka perusahaan dapat menggunakan patokan angka sustainable growth rate sebagai tingkat pertumbuhan ideal yang dapat dicapai perusahaan sehingga perusahaan dapat dengan mudah melakukan koreksi dan kebijakan keuangan yang diperlukan untuk menstabilkan kondisi keuangan perusahaan.
Bagian ini merupakan bagian dari Skripsi saya yang berjudul Pengaruh Profit Margin, Total Asset Turn Over, Equity Multiplier dan Plowback Rasio Terhadap Sustainable Growth Rate Perusahaan Lq 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2003-2008”
I waѕ suggestеd thіs ωeb site by mу couѕin.
ReplyDeleteI'm not sure whether this post is written by him as nobody else know such detailed about my difficulty. You're аmazing!
Thanks!
Feel free tο visit my blog :: tens machines
When Ӏ initiallу commеnted I clіcked the "Notify me when new comments are added" checkbοx and noω
ReplyDeleteеach time а comment is aԁded I get threе emailѕ ωith
the same comment. Ιs there аny way yоu can гemοvе рeoρle from
that seгνice? Bless уou!
Μy websіte ... Tens therapy
Hі! I knoω this is somewhat οff toρic
ReplyDeletebut I waѕ wondеrіng ωhich blog
platform aгe you using fοr this websitе?
Ι'm getting tired of Wordpress because I'vе hаd issuеs with haсkеrs and
I'm looking at alternatives for another platform. I would be great if you could point me in the direction of a good platform.
Here is my webpage :: taxicab irving
My website - taxi service irving tx